Juli, 2010
Masa lalu yang kelam
membuatku sebisa mungkin menutup diri, bahkan bila itu hanya untuk
diintip orang lain. Sejak aku tahu rasa sakit dapat berdampak luar
biasa merubah kehidupan, langkahku pun menjejak perlahan, sebisa
mungkin tak bersuara, karena meinggalkan jejak adalah hal yang aku
takutkan ketika melangkah.
...
Desember, 2010.
Sebuah aroma yang dihirup
hidungmu, membawamu melintasi dimensi waktu menuju masa lalu.
Bebunyian yang terdengar
telingamu menyanyikan lagu nostalgia.
Rasa yang dikecap lidahmu,
menari-nari bersama gambaran kenangan antara kamu dan mereka yang
menemanimu.
Pemandangan yang dilihat
mata mengingatkanmu ketika kamu berdiam pada sebuah rasa.
...
April, 2011.
Aku terlalu sibuk dengan
gengsi dan ego sampai dengan bodohnya melewatkan ketertarikan dan
perhatianmu.
...
Mei, 2011.
Sebuah kepergian
menghentikanku untuk memercayakan hati ini padamu.
Sekian lama waktu berlalu
tak kunjung menebalkan kepercayaanku bahwa kamu kan kembali.
...
Januari, 2012.
Delapan januari menuju
sembilan januari aku sedang dalam perjalanan pulang. Berangkat sedari
matahari berteduh dan sampai ketika ia terbit kembali.
Aku sampai di rumah
bersama matahari yang meninggi. Di alamat yang sama aku menemui
banyak hal yang berbeda. Cat yang mewarnai rumah ini bukan lagi warna
pastel kesukaanmu. Bunga di taman telah berganti famili
euphorbiaceae. Pagar yang melindungi rumah kini hanya setinggi
pundakku. Dulu untuk mengintip ke dalam rumah saja aku harus memanjat
pagar setinggi dua meter.
Awalnya aku mengira rumah
ini telah di renovasi selama aku pergi, jadi aku putuskan saja untuk
masuk. Di dalam tak kutemui satupun perabotan mewah yang gemar kamu
kumpulkan. Perabotan berhias kemilau, memancarkan harga yang mahal
namun rapuh, sekali tersenggol pecah sudah. Isi rumah ini telah
diganti dengan perabotan berbahan kayu, dicat sewarna alam. Teduh,
membuat nyaman siapa saja yang masuk. Berlama-lama di rumah ini pun
kurasa tak akan bosan, yang ada kantukku segera disulut, kemudian
hanya sisa lelap dariku.
Aku pulang, menempuh
perjalanan lebih dari enam ratus kilometer, untuk menjumpai rumah
penuh rindu.
Aku telah pulang, sampai
di alamat yang sama. Tetapi aku pulang tidak lagi kepadamu, rumah
yang menjagaku hidup namun sesak tuk bernafas. Aku pulang ke alamat
yang sama, namun kepada rumah yang jauh lebih nyaman.
Aku memutuskan untuk
memilih menetap pada rumah yang dipenuhi ingin mengetahui kabar
dariku, meninggalkan rumah yang dipenuhi oleh ego pemiliknya.
...
September, 2013
0 komentar:
Posting Komentar