Jangan bodoh, tak perlu menghabiskan waktu
hanya untuk perasaan yang bahkan
tak pernah sampai ke tujuan. - ical
Aku diajari cara meninggalkan
perasaan oleh sahabat terbaik. Butuh keberanian lebih, selain rasa rakit
yang pasti ada, mungkin saja itu hanyalah kecewa - aku memang suka melebih-lebihkan.
Nyaman
rasanya bila menyusuri jalan kota kala hujan pertama usai tepat ketika
lampu-lampu mulai berkelipan, aroma basahnya tak tergantikan kecuali
oleh rindu kepada entah siapa pujaan kita. Kita akan nyaman berjalan
sembari memandangi mereka yang juga tengah melakukan hal serupa.
Seperti itu pula seringkali kita
terlalu nyaman singgah pada sebuah perasaan sampai-sampai kita terlalu
takut untuk meninggalkannya. Menggelengkan kepala ketika ada yang
mengulurkan tangan agar dapat keluar dari kesedihan. Menolak ketika ada seseorang
lain menawarkan masa depan dan lebih memilih berdiam diri bersama masa
lalu. Berusaha memeluk waktu seerat-eratnya kala bersama
canda-tawa-bahagia. Seringkali kita terlalu nyaman berada dalam sebuah
rasa hingga kita menua bersamanya.
Tidak berani untuk segera menghapus
kesedihan. Tidak berani menjalani masa depan baru karena kenangan masa
lalu dirasa terlalu indah untuk ditinggalkan. Tidak berani untuk berhenti
bercanda-tertawa karena takut setelahnya kehidupan akan menyuguhkan
duka-kesialan.
Tidak berani meninggalkan rasa sayang yang terlanjur ada.
Tidak berani ataukah merasa sayang bila rasa yang terlanjur tumbuh itu tak dirawat hingga berbuah?
Merasa sayang ataukah takut rasa yang telah tumbuh itu tak akan muncul lagi?
Takut ataukah merasa sayang segala usaha untuk menyayanginya menjadi sia-sia?
Beranikah kita meninggalkan rasa
sayang yang terlanjur ada? Yang terlanjur membuat kita bahagia bahkan
ketika ia yang menyebabkan rasa sayang ini tumbuh, tak pernah tahu kita
menyayanginya?
Iya, ia tak perlu untuk tahu bahwa
kita menyayanginya. Karena tidak semua hal baik perlu diketahui. Bila
memang rasa sayang kita adalah yang terbaik, Tuhan akan memberitahukan
kepadanya lewat cara-caraNya yang tak pernah bisa kita jangkau. Tetapi
memang pada beberapa keadaan, jatuh cinta diam-diam memiliki makna
kesia-siaan.
Jatuh cinta diam-diam adalah sakit hati yang direncanakan.
Jatuh cinta diam-diam adalah akhir yang sudah dapat dipastikan.
Jatuh cinta diam-diam adalah angan berlabel harapan.
Jatuh cinta diam-diam adalah rasa yang terlalu dibesar-besarkan.
Iya, memang aku suka membesar-besarkan.
...
Jangan berbesar kepala merasa telah pergi, lihat lebih jelas lagi,
sebenarnya dialah yang tak pernah mencari. - ical
Menghindar
atau pergi adalah cara untuk menjaga agar rasa yang telah tumbuh tak
menjadi lebih besar lagi. Menghindar atau pergi adalah cara untuk
mengusir rasa takut bila rasa yang masih dalam skala kecil ini ternyata
nyata, bukan karena alasan sesaat semata. Menghindar atau pergi juga
dapat digunakan sebagai cara untuk membohongi diri bahwa rasa sayang itu
tak ada, itu hanya palsu, khayalan semata. Berbagai upaya itu tak
selalu berhasil. Yang membuatnya gagal seringkali karena kita ditusuk
oleh rindu. Lalu, berkeras kepala menunggu, hati siapa yang lebih lemah
menahan berjuta rasa tidak nyaman karena rindu.
Bodoh atau apa sih sebenarnya
kita? Melawan rasa sayang yang ada dihati. Bodoh atau apa sih kita?
Tidak semua orang dianugerahi rasa istimewa itu dan kita memilih
berpisah.
Tahukah
kita bagaimana ketika memilih meninggalkan rasa sayang yang terlanjur
tumbuh? Itu seperti mencabut kecambah yang baru saja muncul dipermukaan
tanah, mencabutnya harus sampai ke akarnya, dan meninggalkan bekas di
tanah. Butuh waktu, butuh hujan atau angin untuk membuat bekas itu
menghilang.
...
Aku masih di sini sembari mendewasakan diri.
Mungkin saja kamu kembali
ketika rindu itu tak mampu kau tahan lagi.
ketika rindu itu tak mampu kau tahan lagi.
Tetapi, saat itu mungkin rasa yang dahulu telah layu,
atau mungkin sudah tiada. - ical
atau mungkin sudah tiada. - ical
Sebenarnya tak perlu kita saling
berpaling bila memang rasa sayang yang terlanjur tumbuh itu tak
dibutuhkan. Kita hanya perlu bercerita seperti kala pertama kali kita
saling menemukan di bawah bulan purnama ketika hujan telah usai tepat
ketika adzan isya berkumandang. Kita hanya perlu untuk saling tertawa
dengan canda-canda gila, yang bahkan terlalu gila untuk dunia khayalan.
Aku tahu, kita sama-sama merasakan
sakit ketika kita tak lagi berucap apapun. Aku tahu, kamu terlalu keras
kepala, hanya saja melunaklah kepada rasa rindu, aku takut hatimu
menjadi keras dan tidak lagi menjadi perasa yang baik.
Aku mengerti, kita sama-sama
meradang untuk bisa bersama lagi. Tapi nasibku memang masih begini,
entah kamu harus muncul berapa kali lagi dalam hidupku agar kita bisa
berbagi langit yang sama.
Sudah, rasa ini kutinggalkan, bukan untukmu, tapi untuk waktu yang telah mengantarkan kita kepada beraneka cerita.
Selamat tinggal. Pergilah, aku tak akan mencari.
Pergilah.
Hiduplah dengan baik.
Pedih