Senin, 19 November 2012

PERGILAH, AKU TAK AKAN MENCARI




Jangan bodoh, tak perlu menghabiskan waktu 
hanya untuk perasaan yang bahkan 
tak pernah sampai ke tujuan. - ical

Aku diajari cara meninggalkan perasaan oleh sahabat terbaik. Butuh keberanian lebih, selain rasa rakit yang pasti ada, mungkin saja itu hanyalah kecewa - aku memang suka melebih-lebihkan.

Nyaman rasanya bila menyusuri jalan kota kala hujan pertama usai tepat ketika lampu-lampu mulai berkelipan, aroma basahnya tak tergantikan kecuali oleh rindu kepada entah siapa pujaan kita. Kita akan nyaman berjalan sembari memandangi mereka yang juga tengah melakukan hal serupa.

Seperti itu pula seringkali kita terlalu nyaman singgah pada sebuah perasaan sampai-sampai kita terlalu takut untuk meninggalkannya. Menggelengkan kepala ketika ada yang mengulurkan tangan agar dapat keluar dari kesedihan. Menolak ketika ada seseorang lain menawarkan masa depan dan lebih memilih berdiam diri bersama masa lalu. Berusaha memeluk waktu seerat-eratnya kala bersama canda-tawa-bahagia. Seringkali kita terlalu nyaman berada dalam sebuah rasa hingga kita menua bersamanya.

Tidak berani untuk segera menghapus kesedihan. Tidak berani menjalani masa depan baru karena kenangan masa lalu dirasa terlalu indah untuk ditinggalkan. Tidak berani untuk berhenti bercanda-tertawa karena takut setelahnya kehidupan akan menyuguhkan duka-kesialan. 

Tidak berani meninggalkan rasa sayang yang terlanjur ada.

Tidak berani ataukah merasa sayang bila rasa yang terlanjur tumbuh itu tak dirawat hingga berbuah?
Merasa sayang ataukah takut rasa yang telah tumbuh itu tak akan muncul lagi?
Takut ataukah merasa sayang  segala usaha untuk menyayanginya menjadi sia-sia?

Beranikah kita meninggalkan rasa sayang yang terlanjur ada? Yang terlanjur membuat kita bahagia bahkan ketika ia yang menyebabkan rasa sayang ini tumbuh, tak pernah tahu kita menyayanginya?

Iya, ia tak perlu untuk tahu bahwa kita menyayanginya. Karena tidak semua hal baik perlu diketahui. Bila memang rasa sayang kita adalah yang terbaik, Tuhan akan memberitahukan kepadanya lewat cara-caraNya yang tak pernah bisa kita jangkau. Tetapi memang pada beberapa keadaan, jatuh cinta diam-diam memiliki makna kesia-siaan.

Jatuh cinta diam-diam adalah sakit hati yang direncanakan.
Jatuh cinta diam-diam adalah akhir yang sudah dapat dipastikan.
Jatuh cinta diam-diam adalah angan berlabel harapan.
Jatuh cinta diam-diam adalah rasa yang terlalu dibesar-besarkan.
Iya, memang aku suka membesar-besarkan.

...

Jangan berbesar kepala merasa telah pergi, lihat lebih jelas lagi,
sebenarnya dialah yang tak pernah mencari. - ical

Menghindar atau pergi adalah cara untuk menjaga agar rasa yang telah tumbuh tak menjadi lebih besar lagi. Menghindar atau pergi adalah cara untuk mengusir rasa takut bila rasa yang masih dalam skala kecil ini ternyata nyata, bukan karena alasan sesaat semata. Menghindar atau pergi juga dapat digunakan sebagai cara untuk membohongi diri bahwa rasa sayang itu tak ada, itu hanya palsu, khayalan semata. Berbagai upaya itu tak selalu berhasil. Yang membuatnya gagal seringkali karena kita ditusuk oleh rindu. Lalu, berkeras kepala menunggu, hati siapa yang lebih lemah menahan berjuta rasa tidak nyaman karena rindu.

Bodoh atau apa sih sebenarnya kita? Melawan rasa sayang yang ada dihati. Bodoh atau apa sih kita? Tidak semua orang dianugerahi rasa istimewa itu dan kita memilih berpisah.

Tahukah kita bagaimana ketika memilih meninggalkan rasa sayang yang terlanjur tumbuh? Itu seperti mencabut kecambah yang baru saja muncul dipermukaan tanah, mencabutnya harus sampai ke akarnya, dan meninggalkan bekas di tanah. Butuh waktu, butuh hujan atau angin untuk membuat bekas itu menghilang.
...

Aku masih di sini sembari mendewasakan diri. 
Mungkin saja kamu kembali 
ketika rindu itu tak mampu kau tahan lagi. 
Tetapi, saat itu mungkin rasa yang dahulu telah layu, 
atau mungkin sudah tiada. - ical

Sebenarnya tak perlu kita saling berpaling bila memang rasa sayang yang terlanjur tumbuh itu tak dibutuhkan. Kita hanya perlu bercerita seperti kala pertama kali kita saling menemukan di bawah bulan purnama ketika hujan telah usai tepat ketika adzan isya berkumandang. Kita hanya perlu untuk saling tertawa dengan canda-canda gila, yang bahkan terlalu gila untuk dunia khayalan.

Aku tahu, kita sama-sama merasakan sakit ketika kita tak lagi berucap apapun. Aku tahu, kamu terlalu keras kepala, hanya saja melunaklah kepada rasa rindu, aku takut hatimu menjadi keras dan tidak lagi menjadi perasa yang baik. 

Aku mengerti, kita sama-sama meradang untuk bisa bersama lagi. Tapi nasibku memang masih begini, entah kamu harus muncul berapa kali lagi dalam hidupku agar kita bisa berbagi langit yang sama. 

Sudah, rasa ini kutinggalkan, bukan untukmu, tapi untuk waktu yang telah mengantarkan kita kepada beraneka cerita.

Selamat tinggal. Pergilah, aku tak akan mencari.
Pergilah.
Hiduplah dengan baik.


 
Pedih

Minggu, 18 November 2012

PUAS MEMBENCI


Saya rudah puas dengan amarah, benci, saling sindir, caci atau membicarakan berbagai keburukan. Ketika itu setiap hari saya sulit sekali menemukan kasih sayang di rumah. Hingga saya harus berlari tanpa tujuan, saya harus mendebatkan kehidupan, saya harus memperjuangkan hak bahagia saya yang sedang diculik oleh keadaan.

Saya tahu, bahwa saat itu segalanya menjadi mengerikan karena memang keadaan yang tak mau bermurah hati memberi kebahagiaan. Jalan keluar yang saya pilih adalah merubah keadaan dengan sedikit keberanian.

Ternyata, saya tidak cukup dewasa ketika Tuhan kembali sedikit mengotak-atik keadaan. Kembali rasanya dunia ini sesak sekali. Kemanapun melangkah hanya amarah dan benci yang ditemui. Puaslah saya membenci dan marah-marah untuk kedua kalinya. 

Apakah ada manfaatnya? 
SAMA SEKALI TIDAK, KAWAN!

Lalu apa yang saya dapat? 
KERUGIAN!

Sekarang, miris rasanya bila menemui orang-orang disekitar membicarakan hal-hal tidak baik yang telah saya alami dimasa silam, yang tak sedikitpun memberi keuntungan.

Setiap kebahagiaanmu memang layak untuk kamu miliki. Tapi bila kebahagiaanmu adalah rasa amarah atas hal-hal yang mengganggumu, kebahagiaanmu adalah membenci hal-hal yang menyakitimu, kebahagianmu adalah mencaci hal-hal yang tidak kamu sukai, apakah tepat itu kamu sebut bahagia. 

Bukankah bahagia adalah rasa ketika hatimu dipenuhi oleh berjuta bunga warna-warni, dibalut oleh langit biru, awan selembut kapas, dan diisi oleh lagu-lagu bernada mayor yang kamu suka, yang mampu membuatmu tersenyum hanya untuk alasan yang sangat sederhana?

Apakah ada rasa lega setelah marah, mencaci atau membenci? Bila bagimu ada, maka lanjutkanlah keseharianmu itu, karena mungkin itu satu-satunya cara yang kamu tahu untuk bahagia. Aku tak akan mendebatkannya lagi, tapi ketahuilah kebencianmu itu tak pernah sekalipun menggambarkan apa atau siapa, hal-hal atau orang-orang yang kamu benci, sebaliknya, semuanya itu menggambarkan betapa sempitnya hatimu, menggambarkan dengan jelas siapa dirimu.

Berhentilah sejenak ketika hendak melontarkan kata-kata amarah baik itu caci, maki atau sindir, sedetik saja bayangkan rasanya menjadi mereka yang telah kamu caci atau maki. Berhentilah sejenak ketika hendak menuliskan berbagai tweet atau status tentang hal-hal yang mengganggumu secara pribadi, sedetik saja rasakan seperti apa bila kamu menjadi dia yang sedang menjadi sasaran amarahmu. Apakah menyenangkan menjadi yang dibenci? Yang dicaci? Yang dimarahi? 

Kita semua memiliki masalah masing-masing, dan tak perlu kita mengumbarnya agar orang lain tahu. Yang lebih menyedihkan adalah ketika hal-hal yang kita benci diceritakan kepada teman, bukan berarti teman juga harus ikut membenci apa yang mengganggumu. Bila hal yang mengganggumu perlu sebuah kritik, maka ucapkanlah dengan cara yang tepat. Karena dirimu pun akan sakit hati bila mendapat kritik dengan cara-cara yang tidak baik.

Membenci orang lain, atau sekedar amarah sangat besar kemungkinannya untuk melahirkan kebencian dan amarah pula dari orang tersebut. Dan kamu akan membalasnya, lalu ia kembali merespon, lalu sampai dimanakah hingga segala kebencian itu cukup untukmu? Tak pernah, karena itu adalah segala bentuk nafsu yang setan telah ajarkan pada hatimu yang terlanjur pijar berapi-api.

Hal yang mengerikan adalah bila semesta sudah bosan dengan segala amarah, caci dan benci darimu, kemudian semesta mengutukmu dengan berbagai kesialan setiap harinya, sehingga tak lagi kau temui bahagia kecuali hal-hal yang bisa kamu caci untuk sesuatu yang selama ini kamu anggap itu bahagia. Yang lebih mengerikan adalah bila segala kebencianmu itu melahirkan rasa malas para malaikat untuk mendoakan kehidupan baik bagimu. Dan yang paling mengerikan adalah Tuhan sudah tidak mau lagi menghiasi hatimu dengan Nur-Nya. 

Apa kamu mau segala hal buruk itu terjadi padamu?
Bila setelah membaca ini kamu masih menikmati caramu berbahagia dengan membenci, mencaci, menyindir atau membicarakan keburukan orang lain dibelakang, maka aku tak akan pernah lagi mendebatkannya. Karena aku telah mengetahui bahwa Tuhan berkata tidak untuk hal-hal seperti itu, dan karena Tuhan mengatakan seperti itu, maka itu adalah yang terbaik, karena Tuhan adalah Maha Mengetahui dan Maha Penyayang.

Bahagia itu tidak melukai diri sendiri dan orang lain. - @MerryRiana

Saya tidak hidup dua kali. Saya tidak mau lebih pandai menghitung kesedihan dan kebencian, lalu lalai menjumlah kebahagiaan yg memeluk saya. - @falafu

Hiduplah dengan baik kawan, hiduplah dengan bahagia.



Kamis, 01 November 2012

PERIHAL: MEMBONCENG, YANG TIDAK DISUKAI, KESEMPATAN

djkjkhjhnmnmm

Membonceng bukanlah perihal sepele bagiku. Hal ini berlaku setelah dulu pacar harus berdarah setelah kulitnya beradu dengan aspal. Luka harus ia dapat karena kecerobohanku yang seharusnya bisa diminimalkan. Membonceng tidak lagi menjadi hal sekedar membawa seseorang dalam boncengan untuk sampai ke tujuan. Membonceng kini menjadi perihal tangung jawab.

Ia yang ada di boncengan telah menitipkan kenyamanan dan keselamatan dirinya dalam bagaimana caraku berkendara. Bagaimana membonceng bisa menjadi perihal sepele?

Meskipun tak pernah berkata, kepercayaannya memilihku untuk menjadi pengemudi yang membawa ia sampai ketujuan adalah sebuah tanggung jawab untuk membawanya ke tempat yang dituju tanpa kurang sesuatu apapun. 

Sebisa mungkin, polisi tidur tak membuatnya kesakitan karena terantuk, lubang jalanan tak membuatnya kaget dan kesakitan, dan sebisa mungkin debu tak menyelinap masuk ke matanya karena itu akan membuat airmatanya keluar. 

Membonceng bukanlah perihal sepele, setidaknya bagiku. Karenanya, sebisa mungkin aku akan berhati-hati ketika seseorang memberikan kepercayaannya untukku menjadi pengemudinya.

Mungkin suatu saat nanti, ketika telah ada seorang wanita yang mempercayai aku sebagai pengemudi hidupnya, aku telah terbiasa untuk berhati-hati dan membawanya sampai ke tujuan dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Atau mungkin, malah ia akan berbahagia karena kenyamanan yang kucipta.

NB : boncengan motorku sekarang jarang ada yang mengisi. :)

...

Apa kamu pikir cinta itu hanya rasa suka? - Ical Bhima

Cinta itu bisa menyelinap dimana saja, dan seringkali ia berubah-rubah wujudnya, sampai-sampai aku tak bisa mengenalinya, kecuali ada yang memberitahu. Yang tidak aku sukai bukan berarti itu bukan cinta. Yang aku benci bukan berarti itu bukan cinta. Yang tidak membuatku nyaman bukan itu buka cinta.

Seorang adik kecil menangis karena dilarang ibunya hujan-hujan di pertama kalinya hujan turun. Adik kecil tentu saja tak  suka dengan larangan ibunya, terlebih ia melihat tempat sepermainannnya berlarian sambil tertawa riang dibawah guyuran hujan. Larangan yang tidak disukai itu adalah cinta yang hangat, cinta paling besar yang bahkan ujung-ujung semesta tak sanggup menjadi batasnya. Larangan itu adalah cinta yang akan menjadi hal paling dirindukan oleh adik kecil itu ketika ia tumbuh besar nanti.

Banyak dari pengendara di Surabaya begitu membenci traffic light. Beberapa kerap menerobos meskipun lampu di jalurnya masih merah. Beberapa kerap membunyikan klakson denga penuh emosi ketika lampu hijau baru saja menyala, seperti pengendara di depan itu buta warna. Mereka membenci traffic light. Bila saja mereka tahu sejarah mengapa traffic light diciptakan mungkin mereka tak akan membenci dengan sangat.

Pernah aku membaca di sebuah buku, kurang lebih seperti ini. Suatu hari ada pengendara mobil yang tahu bahwa traffic light telah berwarna kuning, dan sebentar lagi akan berubah merah. Ia tak mengurangi sedikitpun, kecepatan malah ia menginjak gas lebih dalam. Ia berhasil melewati traffic light itu, namun tepat setelah traffic light ada polisi yang siaga bila ada pengendara nakal sepertinya. Polisi meniup peluit dan memberi tanda agar pengendara itu menepi. Sambil mengomel-ngomel sendiri pengendara itu menepi. Ketika polisi itu mengetuk kaca mobil, pengendara itu masih menekuk wajahnya ke dalam. Polisi menyerahkan secarik kertas yang diterima dengan kasar oleh si pengendara mobil. Tanpa ia duga polisi itu tersenyum dan mengucapkan salam kemudian pergi meninggalkannya. Kertas itu pun dibuka dan kertas itu berisi:
"Beberapa tahun yang lalu, aku mengendarai mobil dengan kencang bersama putriku yang masih berusia lima tahun. Dan karena kecerobohanku, kami mengalami kecelakaan dan nyawanya tak bisa diselamatkan. Berkendaralah dengan hati-hati agar kamu dan orang yang bersamamu selamat. Dan agar kamu tak mengalami rasa sesal sebesar yang ku pikul."
Pengendara itu kemudian menangis dan mencari polisi yang sudah pergi entah kemana.
Traffic light yang begitu dibenci banyak orang bukanlah alat yang berfungsi untuk menampung segala rasa benci dan amarah pengendara. Ia dicipta dengan penuh cinta, untuk memberi kesempatan yang sama kepada pengendara untuk mendapatkan jalan, dan menjaga pengendara dari celaka.

Banyak hal-hal yang sepertinya bukan cinta, tetapi sejatinya itu adalah cinta. Begitu juga sebaliknya, banyak hal yang sepertinya cinta nyatanya bukan cinta. 

...

Bila tak memiliki kesempatan, carilah. Bila mencari pun tak menemukan, ciptakanlah. -@Alandakariza

Hidup memang perlu tumbuh, berkembang menjadi lebih besar dan lebih besar lagi, agar lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang. Karena Nabi bersabda, "Sebaik-baiknya orang adalah yang bermanfaat bagi lainnya."

Aku ingin sekali tumbuh menjadi lebih baik setelah dua tahun merutuki keadaan yang membuatku terpuruk akhirnya. Aku pun mencoba perlahan menjelajah berbagai tempat untuk mendapatkan kesempatan. Dan akhirnya kesempatan pun aku dapatkan, namun sayang kesempatan yang aku miliki tidak membuatku berkembang, malah merasa kesempatan itu tak membuat aku merasa dibutuhkan. Aku pun memutuskan untuk mncari kesempatan lainnya.
Dan seperti yang sudah dialami banyak manusia lainnya, bila ada niatan baik, maka Tuhan akan membukakan jalan. Dan semua itu berawal dari sebuah kegiatan nasional yang menurutku sangat keren dan menjadi stimulan bagi pergerakan pemuda ketika acara tersebut pertama kali ada hingga kini sudah tahun ketiga. Acara itu adalah IYC, Indonesian Youth Conference. Sebuah acara anak muda yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu Forum : mengumpulkan aktivis muda dari seluruh provinsi di Indonesia untuk dilatih; dan Festival : belasan seminar yang diselenggarakan daam satu hari ditambah dengan pertunjukan musik dan seni lainnya. 


Someday punya tim seperti ini juga.



Tuhan pun semakin menunjukkan jalan-jalan yang harus aku lewati dan mempertemukanku dengan orang-orang dan kisah-kisah yang tak terduga.
"Kebetulan adalah cara tuhan menyampaikan sesuatu secara anonym" -Albert Einstein

Saya pun memutuskan bergabung menjadi volunteer dikali pertama saya ikut kelas Akademi Berbagi. Walaupun belum pernah bantuin kelas karena masih bentrok dengan KKN rematik tematik.


Mbak Ainun Chomsun sang Pendiri


Akademi Berbagi, gerakan sosial yang peduli kepada pendidikan Indonesia dan membuka berbagai kelas dengan tema beragam, dan semuanya GRATIS!

Selain mencari dan akhirnya menemukan, saya bersama Lely, Fakultas Hukum UNAIR menciptakan gerakan yang bertujuan untuk menampung suara-suara pemuda dan menginspirasi pemuda untuk terus melangkah demi Indonesia. Gerakan itu kami beri nama KATAKAN!

SUARA PEMUDA, MASA DEPAN INDONESIA!
Acara pertama yang telah dilaksanakan oleh kami adalah peringatan sumpah pemuda yang kami lakukan tanggal 29 Oktober 2012 kemarin di deretan pohon depan Fakultas Farmasi UNAIR.

Terimakasih Ksatria Airlangga!

Saya juga mengkreasi sebuah acara baru di fakultas sendiri yang tetap mengutamakan berbagi dan menginspirasi. Mendekatkan jarak antara dosen dengan mahasiswa, dan semoga ke depannya dapat bersinergi tidak hanya masalah belajar di kelas, tapi lebih dari itu.

Pharmacy!!!

Semua kesempatan itu adalah pintu yang mengantar kepada ruang-ruang yang lebih dekat kepada ruang diana impian kita disimpan baik oleh Tuhan dan dijaga oleh ribuan malaikat-malaikat yang tak luput mendoakan agar pemilik impiannya sampai dengan selamat sebelum ajal menjelang.