Selasa, 28 Agustus 2012

Manusia Impian


Keegoisan saat bermimpi itu terkadang perlu. Hadapi semua yang menghadang, baik musuh, kawan, maupun orang terdekat. Selain musuh, orang terdekat adalah orang yang sangat mungkin sekali menjadi orang pertama yang akan meragukan atau menertawakan mimpi kita. Bahkan dalam beberapa kasus, orang terdekatlah yang menghadang seseorang meraih mimpi.

Banyak jalan menuju Roma. Satu jalan tertutup bukan berarti Tuhan tidak mengijinkan mimpi kita terwujud. Dia hanya menguji. Selalu ada jalan yang lebih baik bagi impian kita walupun itu berarti kita harus memutar arah lebih jauh.

Atau mungkin karena Tuhan tahu kita belum siap, lebih tepatnya belum pantas. Bila bermimpi lulus cumlaude, tentu kita harus bersikap layaknya orang cumlaude. Bila bermimpi menjadi pengajar, tentu kita harus memiliki karakter seorang pengajar. Kita hanya perlu memantaskan diri menjadi pribadi yang sesuai dengan impian kita masing-masing.

Memantaskan diri bukanlah perkara mudah. Perlu pengorbanan, perlu perjuangan. Dan perjuangan pertama yang disyaratkan Tuhan adalah mengalahkan diri kita sendiri.

Beberapa orang akan melihat kita seperti sedang membicarakan omong kosong saat kita menceritakan impian demi impian yang kita miliki. Kita seharusnya sudah hafal dengan hal itu, karena mimpi-mimpi besar yang telah terwujud selama ini juga diawali oleh penilaian remeh dari banyak orang. Itu hanya gejala awal sebuah mimpi tak lama lagi akan terwujud.

Sudah sewajarnya impian dimulai dari sebuah penolakan, ditertawakan, bahkan sangat mungkin harus dimulai sendirian. Mau bagaimana lagi, memang seperti itu mekanismenya. Kita hanya perlu untuk tidak sedikitpun goyah.

Impian adalah anugerah Tuhan yang membebaskan kita sebebas-bebasnya memilih akan menjadi apa. Membebaskan kita seliar-liarnya berimajinasi. Tak ada satupun larangan meski ada beberapa peraturan, karena sejak kecil kita telah diajari bahwa Tuhan itu Maha Kuasa. Sebesar-besarnya mimpi manusia hanya sangat kecil di genggaman Tuhan. Lalu, apakah ada alasan bagi kita untuk menyerah mengejar impian?

Kita adalah pemuda-pemuda bebas. Tapi, kita tentu ingat didalam kebebasan kita harus menyelesaikan segala tantangan dan melewati berbagai rintangan. Sampai akhirnya nanti kita menjadi kuat dan pantas bagi impian masing-masing.

Puri Novita Rossi (Kanan)
Narendra Santika Hartana
-keduanya calon dokter hewan-

Juniawan Prasetyo
-calon guru besar matematika yang mengerti tentang musik-

Robby Hakim Nugraha
 - calon menteri kehutanan -
Ayu Wulansari
 - vokalis JADE, model, merintis bisnis fashion -

Yovita Sari Prawirodikromo
- sudah memperdengarkan suaranya di Eropa -

Adam Amar 
- suaranya merdu, sedang di simpan untuk sebuah impian -

Cholil Anwar
- calon pengusaha bidang kelautan -

Aryanti Utami

Riandi Wiyata Pratama
-  keduanya akan menjadi ekonom penting beberapa tahun ke depan -

Vini Virdiana Mulideas
- penyelamat pangan bangsa -

 
Michelle Rizki Yuditha
 - seniman dan penyair wanita terbaik yang pernah aku kenal -

Suhermanto
 - multitalenta, akan ambil bagian dalam dunia hiburan bangsa -

Fauziah Nur
 - calon ibu menteri -

Siti Nur Fauziah
 - calon scientist biologi -

Fatimah Dewi Ayuni
 - suatu hari, dunia telekomunikasi bangsa akan bergantung padanya -

Fiqhy Dian
 - sudah menaklukkan maritim Eropa -



Satu itu kamu.
Sedari dulu kamu memang berbeda, unik dan tentu saja istimewa!
Satu pohon akan menjadi hutan.
Satu tetes hujan akan menjadi lautan.
Satu hembusan akan menjadi angin.
Satu nyawa akan menentukan impian.
Satu impian akan menentukan kehidupan lainnya.
Satu kehidupan akan menentukan kehidupan selanjutnya.
(ngutip)


Mereka diatas adalah orang-orang hebat yang terus berusaha membuat setiap impiannya menjadi nyata, sembari menikmati masa muda.Mereka adalah orang yang telah mengajarkan saya untuk berani mengejar impian. Mereka adalah orang-orang yang selalu membuat saya ingat bahwa memang sudah tugas kita di dunia untuk mewujudkan hal-hal yang tidak mungkin. Mereka adalah manusia impian.

Bermimpi adalah tentang menyerah dari kata menyerah. – twitter