Tulisan-tulisan saya jaman SMA jumlahnya sangat sedikit bila dibandingkan dengan masa SMP atau sesudahnya. Kreativitas masa SMA lebih banyak saya salurkan pada dunia teater. Mungkin, karena saya saat itu hampir tidak pernah mengunjungi perpustakaan dan tidak banyak membaca, inspirasi yang mampir pun bisa dihitung dengan jari. Meskipun saya masih tetap melakukan kebiasaan saya sejak SMP, mendengar radio dan memandangi langit malam. Serunya bermain teater dengan teman ekstrakulikuler, kebahagiaan latihan alam, sampai nikmatnya berada di atas panggung dilihat semua siswa mengalihkan saya sejenak dari dunia tulis-menulis.
Saya hanya menulis ketika ingin mengirimi seseorang
puisi, baik teman maupun gebetan, atau saat banyak bonus pulsa yang
mubazir kalau dibiarkan. Pada masanya hal ini masih keren untuk
dilakukan, apalagi bila rangkaian katanya memang manis, bisa dapat
pujian balik. Buat puisi, lalu kirim ke banyak orang untuk
menghabiskan bonus pulsa. Saat sudah punya pacar, puisi sudah tidak
bisa lagi disebar sembarangan, bisa-bisa terjadi kekerasan dalam
berasmara kalau tetap nekat melakukan. Puisi hanya dibuat kalau
memang sedang kangen atau pacar sedang marah, dan kalau pacar minta
puisi untuk diletakkan di salah satu rubrik majalah sekolah yang dia
kelola.
Saya mulai menulis saat masih kelas 4 SD, setelah tidak
terpilih mewakili kelas dalam persiapan porseni di cabang lomba baca
puisi. Dua adik kelas saya yang dipilih, dan memang pilihan guru saya
merupakan pilihan yang tepat, mereka akhirnya menjadi juara di
kabupaten dan melaju hingga tingkat provinsi. Saya yang tidak pernah
kenal dengan puisi sebelumnya merasa tertarik untuk mencari tahu cara
membaca puisi. Banyak waktu saya habiskan untuk mencari referensi di
perpustakaan sekolah, namun malah yang dibaca bukan buku tentang
puisi, tetapi semacam buku ensiklopedia. Satu buku berisi kumpulan
puisi saya pinjam dari perpustakaan, saya habiskan dalam beberapa
hari. Sejak saat itu saya berlatih membuat puisi.
Sampai SMP dan SMA hanya tulisan jenis puisi yang bisa
saya buat dengan baik. Kalau ada tugas mengarang, biasanya tidak bisa
benar-benar bagus, semuanya runut seperti yang diajarkan guru bahasa
Indonesia, kreatifitas saya membuat karangan cerita tidak bisa
berkembang dengan baik saat itu. Ada saat buku yang benar-benar
memberi pengaruh pada karya puisi saya selanjutnya, yaitu buku berisi
kumpulan puisi karangan Dorothea dengan judul Mimpi
Gugur Bungu Zaitun. Semua puisi yang ada di
dalam buku ini berisi kata-kata sederhana yang mudah dipahami pembaca
namun tetap tidak kehilangan keindahan sastranya.
Setelah membaca buku ini, keinginan saya membuat puisi tidak bisa dibendung. Setiap masa pengumpulan karya untuk dimuat di mading dibuka, saya selalu mengumpulkan karya yang orisinal dengan beberapa hiasan agar menarik. Semua karya yang saya kumpulkan selalu dipasang di mading dan mendapat apresiasi yang baik dari teman maupun guru bahasa Indonesia dan kesenian. Apresiasi itu melecutkan semangat saya untuk membuat karya dengan lebih baik lagi, banyak sekali teman yang meminta dibuatkan puisi hanya untuk mengisi buku diary, hal ini juga keren pada massanya. Lucunya, setiap dimintai tolong membuatkan, saya tidak bisa mengatakan tidak. Biasanya puisi-puisi yang saya buat untuk teman-teman terinspirasi dari lagu-lagu yang sedang hits kala itu. Setiap kepuasan teman dari puisi yang saya buatkan merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya.
Cantik yang sederhana |
Setelah membaca buku ini, keinginan saya membuat puisi tidak bisa dibendung. Setiap masa pengumpulan karya untuk dimuat di mading dibuka, saya selalu mengumpulkan karya yang orisinal dengan beberapa hiasan agar menarik. Semua karya yang saya kumpulkan selalu dipasang di mading dan mendapat apresiasi yang baik dari teman maupun guru bahasa Indonesia dan kesenian. Apresiasi itu melecutkan semangat saya untuk membuat karya dengan lebih baik lagi, banyak sekali teman yang meminta dibuatkan puisi hanya untuk mengisi buku diary, hal ini juga keren pada massanya. Lucunya, setiap dimintai tolong membuatkan, saya tidak bisa mengatakan tidak. Biasanya puisi-puisi yang saya buat untuk teman-teman terinspirasi dari lagu-lagu yang sedang hits kala itu. Setiap kepuasan teman dari puisi yang saya buatkan merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya.
Waktu SMP saya pernah sekali membuat cerita pendek yang
terinspirasi dari Meteor Garden. Hanya
satu orang teman saya yang membaca, dan belum sempat saya edit,
sayang tulisan yang dipinjam sudah hilang lebih dulu. Tragedi ini
membuat saya-entah kenapa-malas untuk membuat karangan cerita sampai
masa kuliah. Kenapa terinspirasi Meteor
Garden? Karena saat itu Meteor
Garden sangat hits sekali, mungkin seperti
SuJu atau SNSD di masa kini. Saya dan kakak perempuan saya ngefans
sekali dengan F4. Setiap pulang dari kuliah, kakak saya selalu bawa
koran Asia apa gitu-saya
lupa namanya-yang isinya mengupas perihal selebritis Asia, dan yang
paling menarik perhatian kami berdua adalah informasi seputar F4.
Saya tidak mau kalah, kamar saya tempeli dengan poster berisi empat
orang tersebut. Sampai berburu vcd berisi lagu-lagu yang dinyanyikan
personel F4. Diputar berulang-ulang sampai hafal di luar kepala.
Bahkan saat ujian praktek olahraga ketika itu diminta buat senam baru
sesuai dengan kreatifitas kelompok. Saya meracuni semua teman, agar memasukkan lagu F4 untuk mengiringi koreografi senamnya, mereka
yang tahu betapa ngefansnya saya dengan F4 ketika itu tidak punya
pilihan selain langsung mengiyakan permintaan saya. Bagi saya dan
teman-teman main di kampung, mereka berempat itu sangat keren, kalau
bahasa sekarangnya lakik banget.
Meskipun kalau diingat-ingat lagi tentang effort
saat itu sih geli
juga. Ha...ha...ha...
Masih ingat siapa saja namanya? |
Kalau dirunut lagi, saya kembali produktif menulis yaitu
saat awal kuliah tahun 2009. Hadirnya laptop membuat tulisan demi
tulisan saya tidak lagi hilang ditelan bumi. Awalnya saya tidak
pernah terpikirkan untuk mendokumentasikan tulisan-tulisan saya,
niatnya hanya untuk kesenangan semata. Seorang teman dekat yang juga
hobi menulis puisi memberitahu, kalau ia sudah lama terbiasa
mendokumentasikan puisinya sendiri, karena ia memprediksikan kelak
puisi tersebut berguna, entah untuk dirinya sendiri atau orang lain.
Sejak saat itu, puisi-puisi saya terdokumentasi dengan baik di
laptop.
Satu persatu puisi berhasil kembali saya lahirkan,
rasanya senang sekali. Dari awal kuliah sampai akhirnya keluar dari
kampus, saya berhasil menembus seratus halaman yang berisi puisi dan
curhatan pendek-karena tidak bisa dikategorikan cerita pendek. Kalau
ada yang perlu diberikan ucapan terimakasih atas mengalirnya
inspirasi, mungkin yang paling pas adalah mantan dan seorang adik
kelas saya. Saat itu adalah masa penyeselan karena telah melukai mantan, dan juga masa dimana saya naksir adik kelas-yang dulu pernah
naksir saya, namun saya cuekin-namun
dicuekin oleh dia. Yap, karma
juga berlaku untuk hal-hal seperti ini.
Dari iseng-iseng otak-atik laptop, seorang teman kuliah
membaca karya-karya saya. Ia menyukai tulisan-tulisan saya, dan ia
berujar, saya bisa membuat buku kalau mau. Dulu, saat SMA, saya
pernah iseng bercanda bilang kalau kelak saya akan membuat buku, tapi
tidak ada kesungguhan di ucapan saya, murni hanya bercanda. Dari ucapan teman kuliah, kemudian saya berniat untuk membuat buku,
minimal satu buku. Berbagai puisi yang menurut saya adalah yang
terbaik saya kumpulkan. Tapi kemudian saya bingung, mau
diapakan sejumlah puisi ini? Kalau mau
dijadikan buku, berapa orang yang mau baca, terlebih lagi, siapa sih
saya, berani-beraninya punya niat menerbitkan buku berisi puisi saja.
Saya tidak sehebat Joko Pinurbo atau Sapardi Djoko Darmono dalam
membuat puisi, kalau dibandingkan sudah tentu bagai langit dan kerak
bumi.
Tahun 2010 saya mulai memberanikan diri menampilkan
karya saya di publik. Lewat aplikasi catatan di facebook,
saya mulai bergerilya mencari tahu respon orang terhadap karya saya.
Saya mendapatkan semuanya, dicaci sampai dipuji. Dari setiap
komentar, saya selalu berusaha membuat karya yang lebih baik lagi
setiap waktu. Sebenarnya saya lebih suka mendapatkan kritik, karena
saya tipe orang yang mudah ge-er,
apalagi kalau mendapat pujian, duh!
Di tahun yang sama, saya juga belajar membuat cerita
pendek, tapi malah jadi curhatan pendek. Hasilnya masih jelek sekali,
banyak yang bilang kurang mengerti kata-katanya karena ambigu. Memang
kata-katanya masih banyak yang beraroma syair, jadi ujung-ujungnya
seperti puisi panjang. Saya perbaiki tulisan-tulisan saya, sekarang
dengan menambahkan value
dalam cerita. Catatan-catatan yang saya tulis di FB selanjutnya tidak
lagi hanya berisi tentang cinta anak muda, tapi juga tulisan yang
berbau motivasi. Inspirasinya berasal dari kesulitan yang saya
sendiri hadapi kala memperjuangkan nasib mendapat satu bangku kuliah
yang baru.
Tulisan saya mulai terasa sedikit enak dibaca-sedikit
saja-yaitu ketika masuk tahun 2011. Alamat-alamat penerbit dari yang
kecil sampai yang besar saya miliki, sampai tetek-bengek cara
mengirimkan naskah, yang ternyata ke tiap penerbit itu beda-beda,
saya juga punya. Beberapa teman yang berpotensi menjadi penulis saya
dekati untuk berkolaborasi menulis, sayangnya ajakan saya ini hanya
berakhir di pemerah bibir semata. Saya terus belajar menulis yang
enak dibaca, sambil saya dokumentasikan satu persatu.
Saya membuat blog yang benar-benar dikelola pada tahun
2012. Sebenarnya, saya juga sudah punya blog tapi hanya berakhir
menjadi blog sampah dan tidak terurus lagi. Dari sini, saya kembali
mempublikasikan karya pribadi, setelah saya merasa bosan dengan fb.
Memang jarang yang memberi komentar langsung, namun karena saya
publikasi di twitter-lebih
bisa dibilang nyampah sih-dengan
mention banyak orang,
jadinya beberapa berkomentar balik lewat mention.
Satu-dua kali karya saya ditolak dengan berbagai alasan
yang umum diberikan bagi calon penulis kacangan seperti saya. Ada
rasa down, ada juga
keinginan untuk menulis lebih baik lagi. Sampai akhirnya saya bertemu
dengan sebuah penerbit indie
di acara musik indie
yang hits ketika itu.
Mereka berucap, kalau setiap karya yang masuk, selama tidak melanggar
aturan yang dibuat, pasti akan terbit. Mendengar ini saya langsung
kegirangan, seperti bocah yang baru dapat permen dan balon dari
Indomaret. Tulisan
demi tulisan yang saya buat, kemudian saya kumpulkan untuk diedit.
Hampir semuanya saya sendiri yang kerjakan, kecuali salah satu bagian
desain sampulnya dibantu teman SMP. Pertengahan tahun, karya yang
saya tunggu akhirnya muncul juga di website
penerbit indie
tersebut. Jangan ditanya senangnya seperti apa. Bayangkan sendiri
kalau salah satu mimpi kamu terwujud, yap rasanya seperti itu.
Namun, karena penerbit tidak bisa dinego untuk lebih
murah lagi harganya, dan hanya sedikit respon dari orang-orang, karya
itu saya tarik dari penerbit di triwulan awal tahun 2013. Bagi saya, harganya terlalu mahal untuk
karya yang saya hasilkan. Harga dan kualitas kurang sesuai, saya
sendiri menyadari, karya saya belum pantas dibeli mahal. Pernah
sekali ditawari oleh penerbit lokal, namun karena visi mereka buku
islami, saya pun menjelaskan kalau buku saya isinya beda dengan visi
penerbit tersebut. Saya pun iseng meghubungi lagi, tentu saja tidak ada follow up
dari mereka selanjutnya.
Saya dua kali memiliki opsi untuk mencetak buku
tersebut, karena setelah saya hitung, harganya ternyata jauh lebih
murah daripada kalau saya titip ke penerbit indie
tersebut. Tapi sekali lagi saya bertemu kendala: modal.
Ha...ha...ha....
Ada seorang adik kelas di kampus yang sampai menanyakan
berulang kali kapan bukunya bakal cetak lagi, bahkan saya sudah janji mau
mengirimkan teaser
tulisan saya lewat email
dia, tapi saya lupa melulu. Karena merasa bersalah kepada adik kelas
tersebut, yang bahkan saya tidak kenal orangnya yang mana kalau di
kampus, saya berubah pikiran tentang karya saya.
Tujuan saya berkarya adalah agar dibaca
sebanyak-banyaknya orang dan orang tersebut terhibur dengan tulisan
saya. Terhibur dalam berbagai macam arti. Nah, kenapa harus lewat
penerbit? Karena menurut saya, penerbit akan membantu menjangkau
pembaca dengan lebih mudah lewat akses ke berbagai toko buku. Di
sinilah masalah saya, tidak tahu bagaimana cara mendapatkan akses ke
toko buku. Selain itu, salah satu alasan-hanya salah satu-ingin
menerbitkan buku karena ingin karya saya dihargai, dan harganya dapat
saya gunakan untuk menghidupi diri saya. Untuk hal ini, saya masih
merasa belum urgent,
karena saya masih merasa cukup saat ini.
Ada ide terbersit terinsipirasi dari Pandji yang
menerbitkan ebook
secara gratis di website
miliknya, walaupun ternyata di belakang itu, Pandji tetap mendapat
rupiah untuk ebook tersebut
dari sponsor di website
miliknya. Sebuah ide yang menarik untuk dicoba. Dari rasa bersalah ke
adik kelas dan ide Pandji ini saya memutuskan akan mempublikasikan
karya saya dengan gratis, bahkan tanpa saya mendapat sponsor apapun
di dalamnya. Ya iya sih, siapa saya, sok-sokan
ada sponsor.
Saya akan mempublikasikan karya yang saya jadikan buku.
Saya tidak akan mempublikasikannya langsung semua, tapi satu per
satu, setiap dua minggu sekali. Karya ini akan saya terbitkan tiap
malam minggu, atau minggu pagi. Jangan dibilang saya tidak ada agenda
kalau malam minggu, ada! Kalau malam minggu, saya akan
mempublikasikannya kira-kira tengah malam. Selain itu, tulisan
tersebut ada bonusnya. Akan saya sertakan asal muasal inspirasi dari
karya saya yang sebagian besar adalah kisah nyata dari teman-teman
dan diri saya sendiri.
...
...
Sebenarnya saya ingin menulis sebuah catatan perjalanan
kecil setiap hari, dari pertengahan Desember 2013 sampai pertengahan
januari 2014. Isinya tentang berbagai hal yang membuat saya terkesan
di setiap harinya. Tujuannya untuk membuat saya belajar bersyukur
lebih baik lagi. Tapi, seperti biasa, kehidupan fakultas farmasi
membuat rencana saya yang kesekian kalinya hanya menjadi wacana
belaka. Jadwal yang seringkali melupakan bahwa mahasiswa adalah
manusia muda biasa, telah banyak menggugurkan kreativitas cemerlang
maupun bakat-bakat hebat yang ada. Kehidupan di farmasi bila dilihat
dari sudut pandang saya, yang tentunya egois, hanyalah seputar cara
menjadi mahasiswa yang fokus ke belajar dan pelatihan menjadi seorang
pegawai yang baik.
Kehidupan di farmasi tidak hanya menyimpan hal-hal yang
membuat saya menggerutu, masih ada sisi positif yang saya dapatkan.
Lagipula, bila ada keluh-kesah yang keluar dari hati saya, itu tidak
sepenuhnya kesalahan sistem yang ada. Saya juga ikut andil dalam
kesalahan tersebut karena telah dengan sadar memilih farmasi sebagai
jenjang pendidikan selanjutnya.
Itulah kenapa saya ingin membuat catatan yang berisi
hal-hal yang membuat saya bersyukur agar hidup saya selanjutnya tidak
lagi dipenuhi keluh-kesah, apalagi kehidupan saya di farmasi hanya
tinggal beberapa bulan saja sepertinya. Bila Tuhan berkehendak lain,
tentu saya tidak bisa mencegahNya.
Selain itu karena akhir-akhir ini saya merasa iri dengan
teman-teman yang sudah lebih dulu lulus dan bekerja. Ini merupakan
sebuah tanda bahaya, karena iri bisa jadi merupakan kufur nikmat, dan
sudah menjadi janji Tuhan, bila nikmatNya tidak disyukuri, dan bila
Ia berkehendak, maka nikmat-nikmat yang lain akan segera diambil.
Mengerikan.
Menulis hal-hal yang mengesankan setiap hari, saya
asumsikan dapat mengajarkan arti bahagia itu
sederhana pada level yang lebih tinggi.
Karena bahagia bukan hanya tentang mengejar apa yang menurut saya
dapat membahagiakan diri saya, tetapi juga tentang mensyukuri apa yang
telah saya miliki. Untuk yang terakhir, seringkali susah dilakukan,
karena telah lama memiliki, akhirnya arti dari hal-hal yang telah
dimiliki menjadi bias. Sampai akhirnya, apa yang dimiliki hilang baru
mengerti seberapa besar artinya.
...
...
Akhir-akhir ini saya merasa bosan dengan tulisan saya
sendiri yang begitu-begitu saja. Ada banyak ide, yang kemudian ketika
saya tulis lalu saya baca ulang terasa tidak ada perkembangan dari
tulisan sebelumnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal
tersebut.
Yang pertama adalah tidak ada teman berdebat. Walaupun
saya terkesan sangat woles menjalani
hidup, tapi saya senang kalau membahas masalah yang serius. Membahas
hal-hal serius membuat saya memiliki rasa ingin tahu yang baru, dan
rasa ini menuntun semangat saya menjadi liar.
Yang kedua adalah tidak adanya teman cerita. Dulu
sebelum saya meninggalkan dunia facebook,
banyak yang curhat kepada saya tentang berbagai masalah, mulai dari
percintaan sampai masalah rumah tangga. Ada yang tidak kenal bahkan
sampai menghubungi berulang untuk memberi solusi permasalahan cintanya. Ada politisi muda
Jawa Tengah yang terkadang ikut bertutur kata. Ada juga yang sedikit
ngeri ketika mereka yang menurut agama saya memiliki kelainan seksual
ikut curhat sampai meminta bertemu. Bahkan ada juga teman dari Afrika, yang entah kenapa
saya juga menanggapi curhatan tentang impiannya. Dari
curhatan-curhatan teman dekat sampai orang-orang yang tidak saya
kenal inilah tempat saya belajar, yang memberi saya kesempatan untuk
membuka cakrawala berpikir. Sayangnya, sekarang sudah sepi yang
curhat kepada saya. Mungkin karena sudah sama-sama dewasa, jadi bisa
mengatasi masalah sendiri. Ketidak-hadiran para curhaters
membuat saya memiliki waktu untuk introspeksi diri, dan ternyata
banyak sekali masalah yang saya miliki. Masalah-masalah ini
seringkali membuat saya bingung menyelesaikannya, hingga akhirnya berujung
kepada pertanyaan paling sakti: aku kudu piye?
Yang ketiga adalah saya kurang memiliki ilmu untuk
mengembangkan cerita, seorang teman mengatakan karakter dalam cerita
saya rata-rata memiliki kesamaan watak. Saya mengamini pernyataan
tersebut. Karenanya, saya sedang dalam tahap mencari ilmu untuk
menambah detail dalam cerita. Semoga saya bisa mencari celah-celah
diantara deadline yang saling kejar. Sampai nanti memiliki ilmunya,
mungkin saya akan rehat sejenak menulis cerita-cerita, mungkin nanti
hanya akan kamu temui puisi.
Tulisan saya selanjutnya, akan berisi banyak hal yang
tidak melulu soal cinta. Atau mungkin tetap cinta namun dengan level
yang lebih tinggi. Saya ingin sekali menulis hal-hal baru, agar
tulisan saya nantinya dapat berbagi tentang hal yang lebih bernilai.
Lagipula, saya juga sudah bosan dengan cinta-cintaan. Dikelilingi
oleh tukang sajak yang menggegap-gempitakan cinta tentang sepasang
kekasih membuat saya geli, lama-lama geli itu berubah menjadi muak.
Seperti yang sering saya katakan, semakin
diumbar semakin palsu, saya hanya khawatir
karena semakin sering dibicarakan tanpa pemahaman lebih dalam,
lama-lama makna cinta sesungguhnya pudar dan menjadi dangkal. Saya
hanya ingin menemukan pengertian tentang cinta yang baru, yang selama
ini belum saya ketahui dengan jelas, dan tentunya pengertian yang
lebih dewasa.
Saya butuh kedewasaan itu karena sebentar lagi saya
tidak lagi di farmasi dan akan mulai menapaki muka bumi. Waktu
dimulainya perjalanan baru saya tidak lama lagi, hanya butuh waktu
beberapa bulan saja. Apalagi mulai januari waktu akan menjadi lebih
cepat, berbagai deadline akan saling kejar, lalu waktu menjadi terasa
singkat. Awal tahun sudah harus berjibaku dengan ujian, kemudian
disusul sidang proposal, penelitian, terus berkejaran hingga skripsi
nanti menghadang.
Semoga, bergulirnya waktu dengan cepat tidak membuat
saya dan kamu lalai menjadikan diri pribadi yang lebih baik.
NB : karya saya yag pertama akan saya publikasikan di posting selanjutnya.
NB : karya saya yag pertama akan saya publikasikan di posting selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar