Jumat, 19 Oktober 2012

Wanita Dalam Genggaman Ragu





Hai, wanita yang diberkati pagi. Lama tak mendengar kabarmu. Maaf, seringkali aku merindukanmu tanpa sengaja. Dan beberapa kali aku merindukanmu dengan sengaja. Sudah menjadi takdirmu untuk dirindukan, bukan hanya aku, tapi juga yang lainnya.

Hai, wanita yang didoakan hujan. Kisah apa yang sedang kau jalani? Yang akan kau ceritakan padaku ketika suara kita tak berbatas. Menarilah, menyanyilah, lakukan apapun yang kau suka. Selama itu membuatmu bahagia dan orang lain tak terluka. Berjalanlah kemanapun rasa ingin tahu menuntunmu.  Janganlah sekalipun takut tersesat. Remah-remah roti yang kutinggalkan, akan menunjukkanmu jalan pulang.

Hai, wanita yang selalu dipayungi langit. Sudah seberapa yakinkah dirimu dengan masa depan? Genggamlah tanganku untuk pegangan atas keraguanmu. Rebahkanlah punggung tangan kananmu di atas telapak tangan kiriku, dan biarkan jemari tangan kananku mengusap lembut jemarimu. Bukan untuk menghapus masa lalu yang sedang kau tangisi, tapi untuk melukis masa depan bahagia yang berhak kau miliki.

Hai, wanita yang selalu dipeluk senja. Bicaralah bila merindukanku, bicaralah bila membutuhkanku, tunjukkanlah bila aku berarti bagimu. Karena segala rasa baik untukku yang kau pendam seringkali tak terdengar olehku. Bicaralah tanpa ragu. Jangan khawatir kepada cinta hanya karena seringkali harapan berbuah kecewa. Biarlah harapan memelukmu dan sesekali kecewa membelaimu, karena hidup lebih baik begitu, daripada hidup tanpa sehelaipun harapan hanya karena kekecewaan membuatmu takut berharap.

Hai, wanita yang selalu dijaga malam. Hari sudah larut, tidurlah. Semoga, doa-doaku menyelinap dalam mimpi indahmu.

Tuhan memelukmu, Sayang.
Tuhan bersamamu.
Bersama kita.

0 komentar:

Posting Komentar