Beruntung
berkali-kali maut urung menjemput saya. Berbagai jenis kecelakaan
yang mungkin dapat merenggut nyawa berkali-kali saya alami, berapa
jumlah pastinya saya sudah lupa. Seorang teman saya juga beruntung
berkali-kali selalu meraih apa yang diinginkan tanpa berjuang ekstra
keras. Dan seorang teman yang lain, hanya pasrah kepada keberuntungan
yang ia percayai selalu memihaknya.
Tumbuh
dengan berbagai kegagalan dan sedikit keberhasilan membuyarkan iman
saya kepada keberuntungan, pun kebetulan. Saya tidak lagi mempercayai
eksistensi keberuntungan dan kebetulan semenjak saya menyadari ada
hukum sebab-akibat dalam kehidupan sehari-hari.
Tuhan
tidak bermain dadu dengan nasib-nasib makhlukNya. Tuhan tidak
leyeh-leyeh di singgasanaNya sambil meletakkan puzzle secara asal.
Tuhan Maha Tahu, sepenuhnya mengerti segala yang terbaik bagi
makhlukNya, pun dengan berbagai akibat yang menjadi konsekuensi
keputusanNya. Karena itu saya tidak percaya lagi dengan
keberuntungan. Bagi saya, yang disebut keberuntungan adalah akibat
dari sebuah sebab yang terjadi sebelumnya.
“Sebelum
sebuah kejadian terjadi, Tuhan sudah mengetahui. Bila terjadi, Tuhan
meridhoi hal itu terjadi, bila tidak, Tuhan punya rencana yang lebih
baik.” – Mario Teguh.
Dalam
agama saya, diajarkan bahwa Tuhan akan membalas setiap kebaikan
makhluknya, bila tidak di dunia maka kelak di akhirat. Saya
mempercayai bahwa keberuntungan adalah balasan kebaikan dari masa
lalu. Mungkin bukan saya yang melakukan kebaikan tersebut, mungkin
orang yang saya sayangi, orang tua, saudara atau orang lain yang
diam-diam mendoakan kebaikan kita, dapat juga balasan doa-doa saya di
masa lalu. Terkadang kebaikan orang tua dibalas Tuhan dengan kebaikan
untuk anak-anaknya, dan ini juga bisa saja terjadi untuk orang-orang
yang kita sayangi. Mungkin (saya belum mencari tahu lebih dalam) ini
adalah salah satu manfaat silaturrahim, kebaikan orang lain dapat
menular menjadi kebaikan diri sendiri. Ada kalanya doa dibayar secara
tunda oleh Tuhan, dan ketika saya terdesak pada keadaan yang
membutuhkan miracle,
kemudian Tuhan memberikan kuasaNya, yang kita sebut dengan
keberuntungan.
Saya
percaya keberuntungan atau kebetulan yang terjadi merupakan balasan
dari apa yang saya lakukan di masa lalu. Bisa jadi karena hal-hal
kecil yang pernah saya lakukan tapi telah saya lupakan; mengangkat
semut yang menggeliat di atas air, menolong kecoa yang terbalik,
mengantarkan pesan seorang teman, menyampaikan salam dari seseorang
ke orang tua, murah senyum ke orang sekitar, membuat teman tertawa
dan lain sebagainya.
Waktu
kecil seorang guru mengaji pernah cerita, ada seorang pelacur yang
masuk surga karena menolong anjing yang kehausan. Ia mencari sumur
kemudian mengambil air dengan sepatunya yang diikat oleh kain
bajunya. Wanita tersebut masuk surga bukan karena Tuhan mengadakan
lotere yang berhadiah tiket tinggal di surga yang kemudian
dimenangkan wanita tersebut. Ada hukum sebab-akibat. Tuhan membalas
setiap kebaikan yang kita ketahui maupun yang tidak kita ketahui
bahwa hal yang kita lakukan merupakan sebuah kebaikan.
Keberuntungan
atau kebetulan dapat juga terjadi karena hak prerogatif Tuhan kepada
apa yang dikehendakiNya. Mungkin karena Tuhan suka dengan pribadi
kita, mungkin Tuhan ingin mengajari kepada kita agar lebih bersyukur,
atau mungkin Tuhan sedang menguji kita dengan keadaan baik.
Kebaikan-kebaikan
yang kita lakukan di masa lalu akan di balas Tuhan saat itu, sekarang
atau masa mendatang. Setiap kebaikan akan melahirkan kebaikan.
Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan akan dibalas Tuhan dengan
kebaikan pula. Apakah kita masih perlu menunda untuk berbuat baik?