Minggu, 02 Desember 2012

Persepsi

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. - Wikipedia



Setuju atau tidak, percaya atau tidak, kita pernah terjebak oleh persepsi. Mengotak-kotakkan sesuatu berdasarkan pemikiran kita. 

Bahkan seringkali kita mengkotakkan diri sendiri ketika sedang bersama siapa atau sedang menekuni apa. Ketika sudah tidak diterima lagi di sebuah lingkungan, lalu kita mencari-cari teman, kemudian menyebut diri sendiri dan teman-teman itu sebagai sebuah kelompok-entah-apalah-namanya. Seperti aliran musik yang ketika musisi tersisih atau tidak mendapat tempat, ia akan mencari ruang kemudian menancapkan bendera atas namanya, lalu ia pun menjadi aliran baru. Tidak hanya dalam seni, dalam hidup kita ini hampir segala sesuatunya menjadi perlu untuk dispesifikkan.

Itu dalam profesi dan aliran seni yang memang perlu untuk dikotak-kotakkan agar lebih mudah dalam menyebutnya ketika membutuhkan. Tidak lucu bila ketika kita sangat membutuhkannya ternyata kita menyebut secara asal.

Yang membuat miris bagi saya adalah ketika persepsi kita mengkotak-kotakkan yang lebih dari itu. Warna kulit, bahasa, agama, suku, harta, pangkat, jabatan, pendidikan, strata sosial, pekerjaan, kepandaian, nilai IP, dll. Hanya karena semua itu kemudian kita menilai mentah seseorang, semua itu sekali lagi karena persepsi. Tak apa bila memang segala perbedaan itu dilihat sebagai hal yang jelas, tapi yang menjadi soal adalah ketika pengkotak-kotakkan itu kemudian menjadi kesenjangan sosial atau bahkan permusuhan, parahnya hingga timbul pertikaian.

Termasuk saya, beberapa teman pernah bercerita bahwa mereka seringkali menilai seseorang hanya berdasar persepsi awal. Bahkan kebanyakan rasa benci terhadap seseorang itu semata karena berdasarkan persepsi, orang yang dibenci tersebut tidak sejalan dengan apa yang diinginkan persepsi.

Seharusya segala perbedaan itu tak perlulah terlalu menjadi soal, bila memang hal tersebut adalah sebuah masalah besar yang sangat mengganggu, sudah semestinya Tuhan membuat semua manusia itu sama. Padahal dalam firmanNya, Tuhan memang telah menciptakan kita semua berbeda karena ada maksudnya.

Ah sudahlah, tak perlulah perbedaan pendapat, tidak setuju dengan tulisan ini, menjadi soal. Apalagi sampai perlu berdebat menacari yang paling benar. Karena sekali lagi, ini hanya persepsi saya, dan Tuhanlah letak segala benar.


 

0 komentar:

Posting Komentar