Selasa, 11 Agustus 2015

Penasehat Tersumpah





Gusti Allah memang Maha Guyon...

Sedekade terakhir ini, hidup saya kira-kira seolah hanya mampir guyon sama Gusti Allah. Khususnya untuk urusan asmara. Bagaimana tidak, semenjak sedekade tak kurang dari puluhan orang yang mengandalkan saya untuk membantu urusan asmaranya tapi saya ya tetap saja menjadi single fighter. Sejak orang berbondong-bondong berbagi keluh kesah masalah hidupnya kepada saya, resmilah sejak saat itu saya menjadi seorang penasehat tersumpah

Kita pasti punya satu teman yang tak memiliki hubungan apapun dengan seseorang, atau kasarnya jomblo, tapi sangat handal memberi solusi untuk tiap-tiap masalah yang diadukan kepadanya, terlebih masalah, bak ia telah bergelar profesor untuk urusan tersebut. Kalau kamu tak punya, sangat mungkin orang tersebut adalah dirimu sendiri. Tak perlu berkecil hati, atau sesak dada, karena kamu tak sendirian, ada aku.

...

Bermula dari awal-awal anak-anak ABG berhak punya handphone, urusan menjadi penasehat asmara dimulai. Kawan dekat, teman sekolah, teman di sekolah lain, hingga nomor nyasar pun bisa berujung curhat tak berkesudahan. Dari bagaimana cara mengerti lawan jenis, tips-tips nembak  yang ciamik, sampai bagaimana meyakinkan orangtua kalau dirinya sudah punya pilihan hidup yang ... sejenis.

Rupa-rupa masalah asmara dan hidup silih berganti mampir, mereka yang bercerita pun silh berganti datang dan pergi. Namanya juga hidup, mengharap adanya kekalan hanyalah isapan jempol semata. Entah dimana saja mereka sekarang, punya masalah apa saja saat ini, saya tak pernah tahu. Pada beberapa teman yang pernah curhat dan sekarang berjarak, terkadang saya mencari tahu, sekedar untuk memastikan, ia telah hidup dengan baik.

Kadang, saat sepi dan ego sedang tinggi, saya bertanya pada diri sendiri, apakah mereka tidak merasa berhutang budi? Tapi, tak usah diambil hati, itu hanya pertanyaan saya yang sedang tak tahu diri saja.

Sementara yang lain sudah bergonta-ganti pasangan, pun ada yang telah naik pelaminan, bahkan punya anak yang lucu, saya masih saja sendiri, membolak-balik handphone, berharap ada pesan dari Gusti Allah, jodohmu yang berkacamata sudah dekat, arah jam 2, pakai rok sama sneaker. Seketika saya menoleh ke gadis itu, mata saya berkaca-kaca kemudian, dan saya balas pesan tadi, Ya Allah, matur suwun sanget nggih.

Dosen Fitofar membangunkan, ternyata saya ketiduran di ruang kuliah.

...

Saya juga tidak tahu apa alasaan teman-teman sejak bermusim lalu meletakkan beban hidupnya di punggung saya yang ringkih. Mungkin, mungkin loh, cuma mungkin saja, teman-teman tak tahu beban yang saya pinggul untuk diri saya sendiri, karena yang diketahui hanya saya yang seorang badut. Tapi, saya bersyukur, tidak semua orang bisa menjadi tempat bersandar, tidak semua orang sanggup menjadi pendengar yang sabar. Kalau saya boleh geer, Gusti Allah berarti memang sengaja memilih saya. Atau Gusti Allah tahu saya kebanyakan gabutnya.

Seorang teman yang LDR, sudah lelah dengan sikap kekasihnya yang cuek. Padahal cara menipu jarak adalah dengan tetap berkomunikasi sesering saat mudah bertemu. Hubungan yang hampir kandas itu terselamatkan, setelah saya sempat membuatnya menangis terharu untuk mencoba lebih mengerti. Walaupun akhirnya mereka berdua berpisah juga di waktu yang lain. Ya mungkin karena saat memberi nasihat, saya hanya mbeluk (sok-sokan dalam bahasa gaul Lamongan).

Seorang teman yang lain, bingung cara memutuskan hubungan dengan kekasihnya yang super protektif. Saking sumpeknya dia, sampai-sampai perjalanan saya menikmati berdesak-desakan di bis harus diganggu dengan dering telpon darinya. Bersama telinga-telinga penumpang yang main peka karena amarah sedang memuncak akibat berdesak-desakan, saya beraksi sok bijak di saat yang sama sekali tidak bijak. Masalah terpecahkan, nasib hubungannya pun terselesaikan. Telpon ditutup, saya mengangkat kepala, penumpang di sekitar menatap ke arah saya dengan pandangan sinis, dan masalah saya pun dimulai.

Seorang teman lainnya, pernah menghabiskan waktu seharian untuk menyelesaikan masalahnya. Berbagai kuliner di datangi dengan harapan bisa membantu sebagai logistik agar logika tetap jalan dengan baik. Isya sudah lewat lama, dan jam sudah begitu dekat dengan tengah malam, masalah baru terselesaikan. Hidupnya menjadi bahagia, perut pun kenyang sempurna.

Sampai kejadian yang cukup ehem, seperti seorang gay yang curhat tentang hidupnya, seorang lesbi, seorang anggota DPR di salah satu kota di Jawa Barat sampai, entah akan percaya atau tidak, seorang berkewarganegaraan Zimbabwe yang meminta berkenalan dengan saya via media sosial pun juga turut serta berbagi keluh kesah. Gelar Penasehat Tersumpah saya pun sudah bertaraf internasional. Saya pun tidak main-main dengan tanggung jawab besar akan gelar yang saya emban tersebut kawan!

...

Sebenarnya kesalahannya adalah diri saya sendiri yang cukup teledor, handphone entah sudah berapa kali hilang, dan malas mengurus nomor yang lama. Jadilah mereka tak bisa lagi menghubungi saya. Ego saya yang tidak tahu diri yang sempat saya ceritakan tadi, bukanlah doa, hanya celetukan semata. Yang doa adalah yang berikut ini, semoga hidup mereka yang pernah mempercayai saya sebagai seorang penasehat tersumpah kini baik-baik saja. Dan berkat merekalah saya sekarang bisa menapaki jejak sejauh ini. Berkat mereka pulalah saya tidak perlu berulang kali merasakan sakit putus-nyambung, cukup belajar dari yang sudah ada.

Setelah cukup lama malang melintang di dunia penasehatan, saya akhirnya mengerti, untuk menjadi seorang penasehat yang baik, jadilah pendengar yang baik. Dan syarat menjadi seorang pendengar yang baik adalah jangan mendengar untuk membalas argu

men, namun mendengar untuk mengerti masalah lawan bicara. 

Sudah purna saya menjadi saksi hidup kisah asmara anak manusia, mulai yang bingung memberi kode sampai akhirnya punya anak dan bingung cara memompa dan menyimpan asi. Namun saya ya masih begini saja, mengemban tugas lainnya yang diamanahkan Gusti Allah. Sebagai butiran koya. Sambil menatap mbak-mbak berkcamata dari jauh dan menebak ukuran jari manis yang dimilikinya.




0 komentar:

Posting Komentar