Agree? |
Kepada kamu, yang
sedang memperbaiki diri lebih dini untuk mendapat jodoh yang terbaik.
Kabar bahagia dari
teman-teman yang telah mengakhiri masa lajang bersama belahan jiwa
membuat bulan ini terasa menyenangkan. Sayangnya tidak satupun acara
sakral mereka bisa kuhadiri. Tapi melihat foto mereka dalam balutan
busana pengantin dengan wajah sumringah membuatku tersenyum-senyum
sendiri di depan layar kaca. Doa-doa
terindah senantiasa untukmu semua, teman.
Sejak dua tahun lalu,
setelah pertama kalinya menjadi saksi pernikahan sederhana tetangga
sebelah, ada gelitikan kepada nurani untuk mencermati hidup dengan
lebih baik. Kadang kala aku mencermati hidup dengan lebih baik,
terkadang aku membiarkan diri tenggelam dalam kesia-siaan. Dasar
memang aku.
Sejak pergantian
tahun, aku mulai belajar untuk mencermati lebih baik tentang hal yang
seringkali luput, yaitu waktu.
Halaman depan rumah
yang sejak aku masih kecil digunakan sebagai sarana bermain, kini
diisi oleh anak-anak kecil yang hampir semuanya tak ada yang bisa
kukenali. Aku berhipotesis kebanyakan dari mereka lahir ketika aku
sudah meninggalkan kampung halaman, kurang lebih sejak enam tahun
lalu. Dan anak-anak kecil yang dulu mengisi tempat bermain itu kini
telah banyak yang mengadu nasib di luar kota. Adik-adik kami, yang
biasanya menjadi “pupuk
bawang”
dalam permainan, kini telah menjadi remaja yang meramaikan kampung,
beberapa bahkan telah ada yang menyusul kuliah.
Dari sini aku sadari
bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat, bergerak tanpa terasa oleh
kita. Waktu akan terus berlalu tanpa mau tahu. Waktu tak memiliki
hati, ia akan sangat tega untuk meninggalkan siapa saja yang tak mau
berjalan ke depan atau yang terlalu lama beristirahat.
Waktu kini terus
menakutiku, terkadang ia menendang dari belakang seperti layaknya
pelatih pencak silat, bila aku mulai lamban. Waktu akan menghukumku
dengan beragam kekecewaan bila aku terlalu lama beristirahat.
Waktu bergerak
sedemikian cepat, dengan ataupun tanpa hukum kerelativan Einstein.
Masa lalu puluhan tahun lalu terasa begitu singkat, dapat dikenang
sekali duduk, diceritakan sembari menyeruput kopi panas dengan
ditemani gorengan. Jelaslah sudah ayat Tuhan, kerugian nyata bagi
mereka yang tak bergegas, beristirahat terlalu lama. Waktu bergerak
sangat cepat, bila tak juga menyegerakan diri, yang terisisa dalam
kehidupan adalah sisa-sisa mereka yang berjalan lebih awal, dan juga
beragam kekecewaan.
In Yourself |
Kepada
kamu, yang sedang memperbaiki diri lebih dini untuk mendapat jodoh
yang terbaik.
Intuisi berkata tahun
ini akan menjadi tahun yang sangat membahagiakan. Entah darimana
datangnya intuisi itu tapi aku mempercayainya dengan sangat baik,
tidak ada salahnya bukan, karena aku juga percaya Tuhan itu
sebagaimana prasangka umatnya.
Roda kehidupan yang
kempes selama sekian lamanya mulai dipompa, geraknya mulai terlihat.
Begitu antusiasnya aku untuk memompa semaksimal mungkin agar efektif
untuk mencapai tempat tertinggi dalam hidup.
Kehidupan mulai hidup
kembali, seperti masa-masa SMP. Kegiatan ini-itu membawaku menemui
hal-hal baru, menyenangkan-menyedihkan, tentu saja seperti itu karena
hidup layaknya dua sisi mata uang. Dengan masuk ke dunia yang baru,
rasanya aku dapat melihat jutaan hingga milyaran kesempatan baru yang
belum pernah aku lihat sebelumnya. Artinya akan banyak sekali ilmu
baru, cerita baru, teman baru yang menghampiri. Sangat menyenangkan,
sekaligus memacu adrenalin.
Sepenuhnya aku sadar,
dalam perjalanan nanti akan ada kegagalan, akan ada juga
keberhasilan. Akan datang apa yang selama ini orang namai sebagai
kesialan dan juga keberuntungan. Serta ada duka, juga bahagia.
Pekerjaan rumahnya adalah menyiapkan hati dan pikiran ketika gagal,
sial, dan duka datang, sesiap ketika berhasil, beruntung dan bahagia tiba.
Tahun ini akan sangat
membahagiakan sekali karena akan datang banyak sekali kesempatan yang
dapat membuat lompatan-lompatan kecil dalam hidup. Bukan berarti
tahun-tahun sebelumnya hanya ada sedikit. Hal ini hanya karena sudut
pandangku saja yang mulai berubah.
Selama ini aku melihat
kesempatan adalah apa yang datang padaku, sehingga ketika aku tak
menggunakan kesempatan itu maka hangus sudah apa yang ditawarkan.
Pepatah kuno mengatakan, kesempatan tak akan datang dua kali. Benar,
banyak sekali kesempatan yang aku lewatkan begitu saja dan tak datang
lagi meski aku menunggu sekian lama.
Ada satu yang tak aku
sadari selama ini, bahwa ada satu kesempatan yang tak akan lari
kemanapun. Kesempatan itu adalah diriku sendiri.
Setiap diri kita
adalah kesempatan untuk mendapat hidup lebih baik. Banyaknya
kesempatan yang dimiliki tergantung dari seberapa banyak manfaat kita
untuk kebaikan orang lain. Orang dengan kemampuan berbahasa inggris
dan bermain piano akan memiliki setidaknya satu kesempatan lebih
banyak daripada orang yang hanya memiliki kemampuan berbahasa inggris
atau bermain piano saja.
Terus memperbaiki dan
menambahkan hal baru kepada diri adalah solusi terbaik bagi yang
selama ini menanti kesempatan datang. Mulai saat ini kita dapat
berhenti menunggu kesempatan, kita dapat membuat kesempatan kita
sendiri sebanyak apapun yang kita mau. Sekali lagi, jelas sudah ayat
Tuhan, bahwa manusia sendirilah yang menentukan takdirnya.
Bila selama ini kita
menunggu ditawari kesempatan, mulai saat ini kita dapat menawarkan
kesempatan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.
Kepada
kamu, yang sedang memperbaiki diri lebih dini untuk mendapat jodoh
yang terbaik.
Selamat hidup dengan
baik.