Senin, 18 Maret 2013

Sedikit Yang Aku Mengerti

Agree?

Kepada kamu, yang sedang memperbaiki diri lebih dini untuk mendapat jodoh yang terbaik.

Kabar bahagia dari teman-teman yang telah mengakhiri masa lajang bersama belahan jiwa membuat bulan ini terasa menyenangkan. Sayangnya tidak satupun acara sakral mereka bisa kuhadiri. Tapi melihat foto mereka dalam balutan busana pengantin dengan wajah sumringah membuatku tersenyum-senyum sendiri di depan layar kaca. Doa-doa terindah senantiasa untukmu semua, teman.

Sejak dua tahun lalu, setelah pertama kalinya menjadi saksi pernikahan sederhana tetangga sebelah, ada gelitikan kepada nurani untuk mencermati hidup dengan lebih baik. Kadang kala aku mencermati hidup dengan lebih baik, terkadang aku membiarkan diri tenggelam dalam kesia-siaan. Dasar memang aku.

Sejak pergantian tahun, aku mulai belajar untuk mencermati lebih baik tentang hal yang seringkali luput, yaitu waktu. 
 
Halaman depan rumah yang sejak aku masih kecil digunakan sebagai sarana bermain, kini diisi oleh anak-anak kecil yang hampir semuanya tak ada yang bisa kukenali. Aku berhipotesis kebanyakan dari mereka lahir ketika aku sudah meninggalkan kampung halaman, kurang lebih sejak enam tahun lalu. Dan anak-anak kecil yang dulu mengisi tempat bermain itu kini telah banyak yang mengadu nasib di luar kota. Adik-adik kami, yang biasanya menjadi “pupuk bawang” dalam permainan, kini telah menjadi remaja yang meramaikan kampung, beberapa bahkan telah ada yang menyusul kuliah.

Dari sini aku sadari bahwa waktu berlalu dengan sangat cepat, bergerak tanpa terasa oleh kita. Waktu akan terus berlalu tanpa mau tahu. Waktu tak memiliki hati, ia akan sangat tega untuk meninggalkan siapa saja yang tak mau berjalan ke depan atau yang terlalu lama beristirahat.

Waktu kini terus menakutiku, terkadang ia menendang dari belakang seperti layaknya pelatih pencak silat, bila aku mulai lamban. Waktu akan menghukumku dengan beragam kekecewaan bila aku terlalu lama beristirahat.

Waktu bergerak sedemikian cepat, dengan ataupun tanpa hukum kerelativan Einstein. Masa lalu puluhan tahun lalu terasa begitu singkat, dapat dikenang sekali duduk, diceritakan sembari menyeruput kopi panas dengan ditemani gorengan. Jelaslah sudah ayat Tuhan, kerugian nyata bagi mereka yang tak bergegas, beristirahat terlalu lama. Waktu bergerak sangat cepat, bila tak juga menyegerakan diri, yang terisisa dalam kehidupan adalah sisa-sisa mereka yang berjalan lebih awal, dan juga beragam kekecewaan.


In Yourself

Kepada kamu, yang sedang memperbaiki diri lebih dini untuk mendapat jodoh yang terbaik.

Intuisi berkata tahun ini akan menjadi tahun yang sangat membahagiakan. Entah darimana datangnya intuisi itu tapi aku mempercayainya dengan sangat baik, tidak ada salahnya bukan, karena aku juga percaya Tuhan itu sebagaimana prasangka umatnya.

Roda kehidupan yang kempes selama sekian lamanya mulai dipompa, geraknya mulai terlihat. Begitu antusiasnya aku untuk memompa semaksimal mungkin agar efektif untuk mencapai tempat tertinggi dalam hidup.

Kehidupan mulai hidup kembali, seperti masa-masa SMP. Kegiatan ini-itu membawaku menemui hal-hal baru, menyenangkan-menyedihkan, tentu saja seperti itu karena hidup layaknya dua sisi mata uang. Dengan masuk ke dunia yang baru, rasanya aku dapat melihat jutaan hingga milyaran kesempatan baru yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Artinya akan banyak sekali ilmu baru, cerita baru, teman baru yang menghampiri. Sangat menyenangkan, sekaligus memacu adrenalin.

Sepenuhnya aku sadar, dalam perjalanan nanti akan ada kegagalan, akan ada juga keberhasilan. Akan datang apa yang selama ini orang namai sebagai kesialan dan juga keberuntungan. Serta ada duka, juga bahagia. Pekerjaan rumahnya adalah menyiapkan hati dan pikiran ketika gagal, sial, dan duka datang, sesiap ketika berhasil, beruntung dan bahagia tiba.

Tahun ini akan sangat membahagiakan sekali karena akan datang banyak sekali kesempatan yang dapat membuat lompatan-lompatan kecil dalam hidup. Bukan berarti tahun-tahun sebelumnya hanya ada sedikit. Hal ini hanya karena sudut pandangku saja yang mulai berubah.

Selama ini aku melihat kesempatan adalah apa yang datang padaku, sehingga ketika aku tak menggunakan kesempatan itu maka hangus sudah apa yang ditawarkan. Pepatah kuno mengatakan, kesempatan tak akan datang dua kali. Benar, banyak sekali kesempatan yang aku lewatkan begitu saja dan tak datang lagi meski aku menunggu sekian lama.

Ada satu yang tak aku sadari selama ini, bahwa ada satu kesempatan yang tak akan lari kemanapun. Kesempatan itu adalah diriku sendiri.

Setiap diri kita adalah kesempatan untuk mendapat hidup lebih baik. Banyaknya kesempatan yang dimiliki tergantung dari seberapa banyak manfaat kita untuk kebaikan orang lain. Orang dengan kemampuan berbahasa inggris dan bermain piano akan memiliki setidaknya satu kesempatan lebih banyak daripada orang yang hanya memiliki kemampuan berbahasa inggris atau bermain piano saja.

Terus memperbaiki dan menambahkan hal baru kepada diri adalah solusi terbaik bagi yang selama ini menanti kesempatan datang. Mulai saat ini kita dapat berhenti menunggu kesempatan, kita dapat membuat kesempatan kita sendiri sebanyak apapun yang kita mau. Sekali lagi, jelas sudah ayat Tuhan, bahwa manusia sendirilah yang menentukan takdirnya.
Bila selama ini kita menunggu ditawari kesempatan, mulai saat ini kita dapat menawarkan kesempatan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

Kepada kamu, yang sedang memperbaiki diri lebih dini untuk mendapat jodoh yang terbaik.

Selamat hidup dengan baik.