Bagaimanapun juga hati yang
menginginkanmu ini adalah hati manusia biasa. Yang lidahnya
tergulung, tak bisa berkata sepatah kata pun ketika bertukar senyum
denganmu. Yang pikirannya membeku di udara, tak tahu harus bertingkah
bagaimana kala di dekatmu. Yang imajinya seringkali tertuju pada
manis parasmu.
Ada bagian dari hati ini yang
mungkin tak dimiliki semua manusia ketika jatuh cinta, sebentuk
keyakinan bahwa kelak kamu mampu membawanya ke tempat-tempat indah,
dan menjadikannya memiliki kehidupan paling baik dari yang bisa
diusahakan. Ia meyakini hanya denganmu, tulang rusuk yang berjumlah
tak genap terasa lengkap. Alasan itulah yang membawa hati memilihmu.
Wanitaku,
Adalah baik bagiku bila sebisa
mungkin aku menundukkan pandangan dari parasmu, karena dengan
begitulah aku bisa menjagamu tetap menjadi sebagaimana mestinya kamu
dipandang istimewa oleh Pencipta.
Adalah baik bagiku bila sebisa
mungkin aku menjaga jarak tak terlalu dekat denganmu, karena dengan
begitulah aku bisa menjagamu tetap menjadi sebagaimana mestinya kamu
diperlakukan istimewa oleh Pencipta.
Adalah baik bagiku bila sebisa
mungkin aku menata tutur kata ketika berbicara denganmu, karena
dengan begitulah aku bisa menjagamu tetap menjadi sebagaimana takdir
menjadikanmu istimewa dalam FirmanNya.
Wanitaku,
Keraguanmu yang mempertanyakan kesungguhanku tak usah kamu simpan sebagai pengingat keberadaanku. Yakinilah kehadiranku dengan mengerti bagaimana aku menjagamu tetap berada di jarak yang aman dari diriku. Aku begitu menginginkanmu, serupa rembulan yang berputar sekian lama di sekitar bumi hanya untuk merayu siang agar mau menemuinya. Aku begitu menginginkanmu, dan begitulah memang seharusnya bagaimana aku menginginkanmu sebagai teman hidup. Ada jarak yang harus kita jaga, karena masih ada batas bagi kita yang saling mencinta. Dan ada jarak yang harus aku kikis dari batasan-batasan yang telah menjadi ketetapan Tuhan.
Wanitaku,
Tuhan membatasi kita bila memang
belum siap untuk saling menjaga kehormatan karena cinta bukanlah
perihal murahan, meskipun setiap dari kita bisa saling memilikinya dengan
mahar yang tak mahal. Tuhan mengistimewakan cinta dengan memberi batasan karena disana ada
derajat yang hanya diwariskan kepada makhluk paling sempurna. Bila ada batasan jarak, memang seharusnya begitu, karena Tuhan lebih mengetahui segala hal baik yang tak selalu dimengerti ciptaanNya.
"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."
An Nur ayat 26
Wanitaku,
Aku begitu menginginkanmu, karena itu ada keharusan yang juga mesti kupenuhi, yaitu mendekat
kepada Tuhan yang memilikimu, mengupayakan memenuhi setiap keping apa yang Ia syaratkan
untuk memilikimu, merayuNya untuk memercayakan telapak tanganmu
padaku.
Wanitaku,
Mungkin memang satu-satunya jalan
untuk kita saling mendampingi hidup adalah dengan menunggu. Tapi semua persoalan menunggu ini hanyalah sementara, sebuah langkah tak kemana, menjejak kaki erat ke tanah dan membiarkan setiap rasa dan pikiran kita tumbuh. Setiap esok, akan menjadi cerita baru bagi kita, melewati
waktu demi waktu penantian dengan saling memantaskan diri untuk satu sama lain, agar ketika saling menyandarkan pundak, tempat kita bersandar adalah
sebaik-baiknya tempat di muka bumi. Kelak di akhir panantian, dalam sebuah perjumpaan, kamu akan menemui sebaik-baiknya diriku, dan kamu akan menghadiahkan kepadaku sebaik-baiknya dirimu.
Wanitaku,
Rangkaian kata “Aku mencintaimu” sangatlah mudah diucapkan, bahkan dengan bahasa isyarat sekalipun. Namun, setiap cecap bibir yang mengatakan kalimat tersebut memiliki makna yang tak sederhana.
Wanitaku,
Ketika aku mengatakan “aku
mencintaimu”, artinya aku rela menyerahkan apa yang kumiliki padamu tanpa
tetapi.
Ketika aku mengatakan “aku
mencintaimu”, artinya aku telah menyiapkan kenyamanan alas-alas istirahat
untukmu melepas lelah.
Ketika aku mengatakan "aku mencintaimu", artinya aku akan ikhlas meluangkan waktu demi menjadikanmu wanita yang dipenuhi bahagia.
Ketika aku mengatakan "aku mencintaimu", artinya ada kehidupan lebih baik yang sedang kurencanakan, dan di dalamnya dirimulah adalah salah satu pilar dari akhir tujuan.
Ketika aku mengatakan “aku
mencintaimu”, artinya dengan penuh kesanggupan aku akan meletakkan pikulan tanggungjawab ayahmu atas putrinya di kedua pundakku.
Ketika aku mengatakan “aku
mencintaimu”, artinya aku telah siap menjamin arah jalanmu adalah menuju surga,
dan aku menyakini kamu telah siap menjamin jalanku tak pernah lepas
dari jalan agama.
Ketika aku mengatakan “aku
mencintaimu”, artinya aku menginginkanmu yang menyempurnakan sebagian
urusan agamaku, dan aku ingin menyempurnakan sebagian urusan
agamamu.
Wanitaku,
Tak perlu kita terburu-buru dengan hubungan yang banyak didamba anak manusia. Karena di muka bumi hanya ada satu hubungan yang diijinkan bagi lelaki dan wanita. Bila memaksa menjalani hubungan yang tak diijinkan, bagaimana aku akan
mempertanggungjawabkan kepada kedua orangtuamu tentang kisah kasih yang tak mendapat restu dari Pemilik Hidup. Bagaimana aku berjanji
akan membahagiakanmu sampai ajal menjemput bila hubungan yang kita
nikmati tak terdapat tanda halal di salah satupun firmanNya.
Bagaimana aku akan membuatmu bangga, dan bagaimana pula aku akan
bangga memilikimu, bila setiap apa yang kita jalani atas nama cinta
ternyata hanyalah sekumpulan dosa.
Wanitaku,
Akan datang saatnya nanti ketika kedua
orangtuamu mengangguk mantap dengan hiasan senyum di bibirnya karena bahagia dan percaya meletakkan
tanggungjawab atas putrinya dipundakku.
Akan datang saatnya nanti ketika ribuan
malaikat langit menyempatkan turun ke bumi, hanya untuk mencium
jemari kita yang terlingkar cincin, dengan rona merah di wajah
bahagianya, mereka mengucapkan kata-kata indah kepada kita.
Akan datang saatnya nanti
ketika telah selesai kalimat “aku mencintaimu” terucap dari masing-masing bibir
kita, teruntai doa-doa dari seluruh alam yang bersaksi terikatnya dua
anak manusia.
0 komentar:
Posting Komentar