Kamis, 01 Agustus 2013

Wanitaku



Bagaimanapun juga hati yang menginginkanmu ini adalah hati manusia biasa. Yang lidahnya tergulung, tak bisa berkata sepatah kata pun ketika bertukar senyum denganmu. Yang pikirannya membeku di udara, tak tahu harus bertingkah bagaimana kala di dekatmu. Yang imajinya seringkali tertuju pada manis parasmu.


Ada bagian dari hati ini yang mungkin tak dimiliki semua manusia ketika jatuh cinta, sebentuk keyakinan bahwa kelak kamu mampu membawanya ke tempat-tempat indah, dan menjadikannya memiliki kehidupan paling baik dari yang bisa diusahakan. Ia meyakini hanya denganmu, tulang rusuk yang berjumlah tak genap terasa lengkap. Alasan itulah yang membawa hati memilihmu.

“Barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Karena itu lebih akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagaikan kebiri.” - Rasulullah saw
(HR. Bukhari dan Muslim)
Wanitaku,
Adalah baik bagiku bila sebisa mungkin aku menundukkan pandangan dari parasmu, karena dengan begitulah aku bisa menjagamu tetap menjadi sebagaimana mestinya kamu dipandang istimewa oleh Pencipta.
Adalah baik bagiku bila sebisa mungkin aku menjaga jarak tak terlalu dekat denganmu, karena dengan begitulah aku bisa menjagamu tetap menjadi sebagaimana mestinya kamu diperlakukan istimewa oleh Pencipta.
Adalah baik bagiku bila sebisa mungkin aku menata tutur kata ketika berbicara denganmu, karena dengan begitulah aku bisa menjagamu tetap menjadi sebagaimana takdir menjadikanmu istimewa dalam FirmanNya.


Wanitaku,
Keraguanmu yang mempertanyakan kesungguhanku tak usah kamu simpan sebagai pengingat keberadaanku. Yakinilah kehadiranku dengan mengerti bagaimana aku menjagamu tetap berada di jarak yang aman dari diriku. Aku begitu menginginkanmu, serupa rembulan yang berputar sekian lama di sekitar bumi hanya untuk merayu siang agar mau menemuinya. Aku begitu menginginkanmu, dan begitulah memang seharusnya bagaimana aku menginginkanmu sebagai teman hidup. Ada jarak yang harus kita jaga, karena masih ada batas bagi kita yang saling mencinta. Dan ada jarak yang harus aku kikis dari batasan-batasan yang telah menjadi ketetapan Tuhan. 

Wanitaku,
Tuhan membatasi kita bila memang belum siap untuk saling menjaga kehormatan karena cinta bukanlah perihal murahan, meskipun setiap dari kita bisa saling memilikinya dengan mahar yang tak mahal. Tuhan mengistimewakan cinta dengan memberi batasan karena disana ada derajat yang hanya diwariskan kepada makhluk paling sempurna. Bila ada batasan jarak, memang seharusnya begitu, karena Tuhan lebih mengetahui segala hal baik yang tak selalu dimengerti ciptaanNya.


"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."
An Nur ayat 26

Wanitaku,
Aku begitu menginginkanmu, karena itu ada keharusan yang juga mesti kupenuhi, yaitu mendekat kepada Tuhan yang memilikimu, mengupayakan memenuhi setiap keping apa yang Ia syaratkan untuk memilikimu, merayuNya untuk memercayakan telapak tanganmu padaku.


Wanitaku,
Mungkin memang satu-satunya jalan untuk kita saling mendampingi hidup adalah dengan menunggu. Tapi semua persoalan menunggu ini hanyalah sementara, sebuah langkah tak kemana, menjejak kaki erat ke tanah dan membiarkan setiap rasa dan pikiran kita tumbuh. Setiap esok, akan menjadi cerita baru bagi kita, melewati waktu demi waktu penantian dengan saling memantaskan diri untuk satu sama lain, agar ketika saling menyandarkan pundak, tempat kita bersandar adalah sebaik-baiknya tempat di muka bumi. Kelak di akhir panantian, dalam sebuah perjumpaan, kamu akan menemui sebaik-baiknya diriku, dan kamu akan menghadiahkan kepadaku sebaik-baiknya dirimu.


Wanitaku,
Rangkaian kata “Aku mencintaimu” sangatlah mudah diucapkan, bahkan dengan bahasa isyarat sekalipun. Namun, setiap cecap bibir yang mengatakan kalimat tersebut memiliki makna yang tak sederhana.


Wanitaku,
Ketika aku mengatakan “aku mencintaimu”, artinya aku rela menyerahkan apa yang kumiliki padamu tanpa tetapi.
Ketika aku mengatakan “aku mencintaimu”, artinya aku telah menyiapkan kenyamanan alas-alas istirahat untukmu melepas lelah.
Ketika aku mengatakan "aku mencintaimu", artinya aku akan ikhlas meluangkan waktu demi menjadikanmu wanita yang dipenuhi bahagia.
Ketika aku mengatakan "aku mencintaimu", artinya ada kehidupan lebih baik yang sedang kurencanakan, dan di dalamnya dirimulah adalah salah satu pilar dari akhir tujuan.
Ketika aku mengatakan “aku mencintaimu”, artinya dengan penuh kesanggupan aku akan meletakkan pikulan tanggungjawab ayahmu atas putrinya di kedua pundakku.
Ketika aku mengatakan “aku mencintaimu”, artinya aku telah siap menjamin arah jalanmu adalah menuju surga, dan aku menyakini kamu telah siap menjamin jalanku tak pernah lepas dari jalan agama.
Ketika aku mengatakan “aku mencintaimu”, artinya aku menginginkanmu yang menyempurnakan sebagian urusan agamaku, dan aku ingin menyempurnakan sebagian urusan agamamu.
Wanitaku,
Tak perlu kita terburu-buru dengan hubungan yang banyak didamba anak manusia. Karena di muka bumi hanya ada satu hubungan yang diijinkan bagi lelaki dan wanita. Bila memaksa menjalani hubungan yang tak diijinkan, bagaimana aku akan mempertanggungjawabkan kepada kedua orangtuamu tentang kisah kasih yang tak mendapat restu dari Pemilik Hidup. Bagaimana aku berjanji akan membahagiakanmu sampai ajal menjemput bila hubungan yang kita nikmati tak terdapat tanda halal di salah satupun firmanNya. Bagaimana aku akan membuatmu bangga, dan bagaimana pula aku akan bangga memilikimu, bila setiap apa yang kita jalani atas nama cinta ternyata hanyalah sekumpulan dosa.


Wanitaku,
Akan datang saatnya nanti ketika kedua orangtuamu mengangguk mantap dengan hiasan senyum di bibirnya karena bahagia dan percaya meletakkan tanggungjawab atas putrinya dipundakku. 
Akan datang saatnya nanti ketika ribuan malaikat langit menyempatkan turun ke bumi, hanya untuk mencium jemari kita yang terlingkar cincin, dengan rona merah di wajah bahagianya, mereka mengucapkan kata-kata indah kepada kita. 
Akan datang saatnya nanti ketika telah selesai kalimat “aku mencintaimu” terucap dari masing-masing bibir kita, teruntai doa-doa dari seluruh alam yang bersaksi terikatnya dua anak manusia. 
Akan datang saatnya nanti ketika Tuhan menutup kita berdua dengan jubah ridhoNya, dan tak ada yang lebih melegakanku dan dirimu selain ridhoNya untuk saling memiliki.



0 komentar:

Posting Komentar